Meskipun agak sekuler, ayahku sebenarnya adalah orang yang paling taat beribadah di keluargaku. Dialah yang berusaha mengajarku tentang Islam. Dia membawaku sholat Jum’at, dan memasang CD tentang pelafalan Qur’an sewaktu mengantarku ke sekolah pakai mobil. Dia juga menceritakan kisah² sang Nabi padaku. Karena sikapnya inilah maka keluargaku masih beriman pada Islam.
Aku selalu takut untuk memberitahu orangtuaku bahwa aku sudah murtad. Aku murtad
di usia 17 tahun dan baru di usia 19 tahun aku berani memberitahu orang lain.
Sekarang aku berusia 20 tahun.
Orangtuaku mengetahui kemurtadanku bukan langsung dariku. Mereka hanya punya
dua anak: aku dan kakak perempuanku Samiah. Aku pertama kali memberitahu Samiah
dan dia terkejut, tapi hanya bilang “O baiklah” tanpa berkata apapun lagi. Aku
minta padanya untuk merahasiakan hal ini karena aku ingin menyampaikan pada
orangtuaku sendiri. Tapi ternyata Samiah memberitahu orangtuaku.
Ayahku dengan cepat mengetahui kemurtadanku, dan aku tidak mau bicara dengannya
di telpon. Saat itu aku hidup di negara lain (Amerika Serikat). Kupikir, jika
aku pulang ke rumah untuk menjenguknya, maka aku bertatap muka dan bicara
dengannya.
Di bulan Desember 2008, aku pulang di masa liburan musim dingin. Saat itulah
aku punya kesempatan bicara langsung padanya.
Aku sangat kaget ketika melihat reaksi ayahku. Dia tidak marah dan dia malah
mengerti. Dia berkata padaku bahwa setiap orang bisa meragukan agama, dan
terserah masing² bagaimana dia menentukan jalan hidupnya sendiri. Dia berkata
bahwa yang terpenting baginya adalah aku hidup dengan baik dan berguna. Dia
berulangkali mengatakan dia tidak mau memaksakan Islam padaku.
Aku sangat senang sekali mendengar pendapat ayahku. Sejak itu aku merasa sangat
lebih dekat dengannya. Tapi ibuku tidak bisa menerima keputusanku semudah itu.
Dia memang lebih percaya takhayul dibandingkan ayah dalam melihat kehidupan.
Kakak perempuanku tetap tidak bisa menerima kenyataan bahwa aku adalah atheis.
Dia bilang bahwa ini hanya sesaat saja. Kubiarkan saja dia beranggapan begitu.
Sekarang aku benar² telah lepas dari Islam. Kukira dulu Muslim akan bersikap
keras dalam menghadapi Muslim lain yang murtad. Meskipun ini benar pada
umumnya, tapi ternyata ada juga pengecualian. Pada kenyataannya, hanya sedikit
Muslim yang benar² relijius. Aku lebih suka bergaul dengan para Muslim KTP
daripada Muslim kaffah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar