Kamis, 31 Mei 2012

Orang Kristen Harus Punya Kasih (2)

Renungan Kamis, 31 Mei 2012
Baca:  1 Yohanes 4:1-21 


"Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."  1 Yohanes 4:8



Tuhan Yesus berkata,  "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.  Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."  (Matius 22:37-40).  Itulah sebabnya jika kita menguasai semua hukum atau ajaran Kristen tapi kita kehilangankasih sebagai inti dan yang utama, maka semua yang kita miliki dan semua yang kita lakukan tidak ada artinya sama sekali.  Bila saat ini yang kita pikirkan hanyalah diri sendiri, kesibukan kita, kesenangan kita tanpa kita mau mempedulikan orang lain yang sangat membutuhkan uluran tangan kita, ini adalah tanda bahwa kasih kita mulai luntur, dan bisa dipastikan kita tidak lagi mencintai Tuhan dengan sungguh dan terhadap sesama kita.



     Kedua, kasih adalah Allah itu sendiri.  Jadi Allah bukan saja memiliki kasih, tetapi Dia adalah kasih.  Tidak ada sifat yang lebih agung daripada kasih Allah.  Bukti nyata kasih Allah adalah  "...Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  (Yohanes 3:16).  Jika kita mengaku bahwa kita adalah anak-anak Allah, kasih harus menjadi bagian hidup kita.  Bukan kasih yang hanya digembar-gemborkan melalui ucapan saja, tapi kasih yang diwujudkan dalam tindakan yang konkrit.  Jika orang Kristen yang tidak memiliki kasih ia telah gagal dalam pengiringannya kepada Tuhan dan sia-sialah kekristenannya.  Ditegaskan: "...jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi."  (1 Yohanes 4:11).  Sudahkah kasih itu terpancar melalui hidup kita?  Ataukah banyak orang sudah terlanjur kecewa karena melihat tidak ada kasih di dalam kita?



     Ketiga, kasih adalah perintah Tuhan.  Dikatakan:  "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi."  (Yohanes 13:34).  Karena memiliki kasih itu adalah perintah dari Tuhan, maka mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus taat.



Kasih adalah untuk membuktikan bahwa kita ini adalah murid-murid Yesus;  jika tidak ada kasih di dalam kita, kita tidak layak disebut murid Yesus!

Rabu, 30 Mei 2012

Kesaksian Murtadin Bangladesh


Aku dibesarkan sebagai Muslim Sunni, meskipun sebenarnya keluarga kami adalah keluarga sekuler. Sanak keluargaku masih memeluk Islam, tapi tidak terlalu taat beribadah. Mereka tidak makan babi, minum minuman keras, atau sejenisnya, tapi aku jarang melihat mereka sholat lima waktu. Karena itulah, aku menilai keluarga hanyalah Muslim KTP. 


Meskipun agak sekuler, ayahku sebenarnya adalah orang yang paling taat beribadah di keluargaku. Dialah yang berusaha mengajarku tentang Islam. Dia membawaku sholat Jum’at, dan memasang CD tentang pelafalan Qur’an sewaktu mengantarku ke sekolah pakai mobil. Dia juga menceritakan kisah² sang Nabi padaku. Karena sikapnya inilah maka keluargaku masih beriman pada Islam. 



Aku selalu takut untuk memberitahu orangtuaku bahwa aku sudah murtad. Aku murtad di usia 17 tahun dan baru di usia 19 tahun aku berani memberitahu orang lain. Sekarang aku berusia 20 tahun. 



Orangtuaku mengetahui kemurtadanku bukan langsung dariku. Mereka hanya punya dua anak: aku dan kakak perempuanku Samiah. Aku pertama kali memberitahu Samiah dan dia terkejut, tapi hanya bilang “O baiklah” tanpa berkata apapun lagi. Aku minta padanya untuk merahasiakan hal ini karena aku ingin menyampaikan pada orangtuaku sendiri. Tapi ternyata Samiah memberitahu orangtuaku. 



Ayahku dengan cepat mengetahui kemurtadanku, dan aku tidak mau bicara dengannya di telpon. Saat itu aku hidup di negara lain (Amerika Serikat). Kupikir, jika aku pulang ke rumah untuk menjenguknya, maka aku bertatap muka dan bicara dengannya. 



Di bulan Desember 2008, aku pulang di masa liburan musim dingin. Saat itulah aku punya kesempatan bicara langsung padanya. 



Aku sangat kaget ketika melihat reaksi ayahku. Dia tidak marah dan dia malah mengerti. Dia berkata padaku bahwa setiap orang bisa meragukan agama, dan terserah masing² bagaimana dia menentukan jalan hidupnya sendiri. Dia berkata bahwa yang terpenting baginya adalah aku hidup dengan baik dan berguna. Dia berulangkali mengatakan dia tidak mau memaksakan Islam padaku. 


Aku sangat senang sekali mendengar pendapat ayahku. Sejak itu aku merasa sangat lebih dekat dengannya. Tapi ibuku tidak bisa menerima keputusanku semudah itu. Dia memang lebih percaya takhayul dibandingkan ayah dalam melihat kehidupan. Kakak perempuanku tetap tidak bisa menerima kenyataan bahwa aku adalah atheis. Dia bilang bahwa ini hanya sesaat saja. Kubiarkan saja dia beranggapan begitu. 


Sekarang aku benar² telah lepas dari Islam. Kukira dulu Muslim akan bersikap keras dalam menghadapi Muslim lain yang murtad. Meskipun ini benar pada umumnya, tapi ternyata ada juga pengecualian. Pada kenyataannya, hanya sedikit Muslim yang benar² relijius. Aku lebih suka bergaul dengan para Muslim KTP daripada Muslim kaffah.

Orang Kristen Harus Punya Kasih (1)

Renungan Rabu, 30 Mei 2012


"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih."  1 Korintus 13:13



Jika memperhatikan keadaan yang ada di sekeliling kita, sungguh kaki kita sudah menapak di hari-hari di mana Tuhan segera datang menjemput umatNya.  Berita-berita di surat kabar atau pun tayangan-tayangan televisi menunjukkan betapa dunia ini dipenuhi dengan hal-hal yang menakutkan dan mengkhawatirkan:  bencana alam, konflik antargolongan, demonstrasi diwarnai dengan kekerasan dan kebrutalan terjadi di mana-mana, belum lagi kejahatan yang kian merajalela.  Sekarang ini  "Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah."  (2 Timotius 3:2-4).  Dunia ini benar-benar telah mengalami krisis, bahkan kehilangan kasih.



     Bagaimana dengan keberadaan orang Kristen sendiri?  Kasih adalah satu aspek yang harus menjadi bagian hidup orang percaya dan itu tidak bisa diganggu gugat.  Jika kasih yang seharusnya terus memancar di tengah-tengah kehidupan orang percaya sudah hilang dan luntur, bisa dibayangkan betapa gelapnya dunia ini, betapa keringnya dunia ini.  Di saat kasih sudah hilang, sudah bisa ditebak, yang muncul adalah sifat egois, sombong, dingin, kejam, manusia tidak lagi punya perasaan dan tidak mau mengerti orang lain.  Sangat menyedihkan jika di antara orang Kristen sendiri sudah tidak memiliki kasih, padahal tugas dan tanggung jawab orang Kristen di tengah dunia ini adalah menjadi berkat dan menunjukkan kasih itu kepada dunia.  Itulah sebabnya Tuhan tak henti-hentinya dan begitu tegas menuntut agar kehidupan orang percaya dipenuhi dengan kasih.  Mengapa?  Pertama, kasih merupakan dasar utama seluruh pengajaran Injil.



Kepada jemaat Korintus Paulus menegaskan:  meskipun seseorang dapat melakukan segala sesuatu, punya karunia yang hebat, dapat menyembuhkan orang sakit, bisa berbahasa malaikat, memiliki pengetahuan dan menguasai isi Alkitab, sudah melayani Tuhan sampai ujung bumi tidak ada arti apa-apa jika ia tidak memiliki kasih.

Selasa, 29 Mei 2012

kami kembali... :D

hi, smua...
Salam dalam Kasih Tuhan Kita Yesus Kristus...
lama bget niih, blog Betesda gk di Update lagi...
hehehehehehe...
admin'ny pada sbuk smua soal'ny...
ckckckckckckck...
naah, di Tahun 2012 ini, qt berencana untuk aktifkan kembali blog qt...
jgan lpa mampir yaa...
GBU... :)

YOHANES PEMBAPTIS: Berani Menyatakan Kebenaran!

Renungan Selasa, 29 Mei 2012
Baca:  Matius 3:1-12


"Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  Matius 3:8



Sebagai hamba Tuhan biarlah kita memiliki kerendahan hati dalam pelayanan karena semua itu adalah anugerah Tuhan semata.  Jika dipercaya dan dipakai olehNya, itu bukan karena kuat dan gagah kita, bukan karena kita pintar dan bukan karena kita kaya.  Jadi tidak ada alasan sedikit pun untuk kita menjadi sombong, apalagi sampai mencari hormat dan pujian dari manusia.  Tugas kita adalah menyatakan kebenaran dan membawa umat kepada pertobatan.



     Sarana dan prasana di mana seseorang berkhotbah itu tidak penting.  Buktinya Yohanes pembaptis tidak berkhotbah di tempat-tempat yang besar atau gereja yang megah, tapi justru berkhotbah di padang gurun Yudea.  Baginya yang penting adalah menyelesaikn tugas dan misinya bagi Kerajaan Sorga.  Tuhan Yesus sendiri  "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia."  (Filipi 2:6-7), demi menyelesaikan tugas dari Bapa, bahkan Ia taat sampai mati di atas kayu salib.  Dalam pelayanan pun Yohanes pembaptis adalah seorang yang tegas.  Dia berkata,  "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"  (Matius 3:2).  Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak takut untuk menyerukan supaya semua orang bertobat;  ia tidak takut menelanjangi dosa-dosa manusia;  ia tidak takut menegakkan kebenaran Injil, sebab jika manusia tidak segera bertobat mereka akan mengalami kebinasaan kekal, sebab  "...upah dosa ialah maut;  tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."  (Roma 6:23).  Satu-satunya jalan memperoleh keselamatan kekal adalah percaya kepada Yesus Kristus, bukan yang lain, karena Dialah satu-satunya jalan keselamatan itu.  Tertulis:  "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  (Kisah 4:12).



     Bukankah kita seringkali takut dan malu menyerukan kata pertobatan?  Kita tidak berani menyinggung dosa secara terang-terangan karena kita takut dibenci dan dijauhi oleh teman atau rekan bisnis.  Jika dengan tegas menegur dosa, kita takut tidak diundang lagi untuk berkhotbah sehingga isi khotbah kita pun hanyalah berbicara tentang berkat, berkat dan berkat.



Jangan pernah takut menyerukan kebenaran Injil karena Roh Kudus turut bekerja dan menyertai kita!